Pada suatu hari, saat usai shalat shubuh seperti biasa sebelum aku berangkat menuju kantor aku duduk di teras depan rumah sambil membaca sebuah buku tentang rahasia hidup dan keihklasan hati manusia di dunia.
Suasana disekelilingku masih terlihat sepi dan belum terlihat satu orangpun yang lalu lalang dijalan depan rumahku. mungkin karena masih terlihat gelap dan hawa dinginnya pagi membuat tetangga-tetanggakupun masih terlelap dalam tidurnya.
"Ah sudahlah mungkin saja diantara tetangga-tetanggaku sudah lebih dulu keluar rumah menuju tempat kerjanya, gumamku dalam hati".
Sesekali kunikmati secangkir teh manis hangat yang masih setia menemani disampingku. Tiba-tiba saja mataku tertuju dengan seseorang yang kian mendekati kearahku. Sesampainya pagar gerbang rumahku, pria tersebut mengucapkan salam padaku dan langsung aku jawab salamnya.
Aku mendekati pintu gerbang kearahnya, ternyata dia adalah sesorang pria tua renta dengan badan yang kurus dan rambutnya yang putih.
Terlihat samar-samar kulitnya yang keriput dan berwarna sawo matang sedikit gelap, tangan kirinya sambil memegang tongkat yang nampaknya dari patahan kayu ranting, sedangkan tangan kanannya memegang kantung kresek berwarna hitam.
"Ma'af kakek mau kemana dan cari siapa?", tanyaku pada si kakek.
"Apakah ini rumahnya nak Rudi?", tanyanya padaku.
"Iya betul Kek, saya sendiri", jawabku.
"Alhamdulillah akhirnya kakek bisa menemukanmu nak", ucap si kakek.
Ku buka pintu gerbang dan ku persilahkan si kakek untuk masuk kerumahku namun si kakek enggan untuk masuk dan lebih memilih untuk tetap berdiri di tempat.
"Sekali lagi ma'af kek, ada apa sebenarnya kakek mencari dan ingin bertemu saya?". tanyaku pada si kakek.
"Ma'af nak, kakek adalah orang yang pernah kamu bantu dua puluh tahun yang lalu saat kakek dalam kesulitan dan kepayahan". Ucapnya padaku dengan nada sedikit lirih dan bergetar.
Aku semakin bingung apa sebenarnya keinginan kakek ini.
"Nak Rudi, sepanjang hidup kakek selalu teringat kamu saat kamu telah membantu kakek pada masa-masa itu, dan sekarang kakek ingin memberikan ini untukmu". ucap si kakek sambil menyodorkan kantung kresesk warna hitam kepadaku.
"Kakek berharap kamu dapat menerimanya dengan ihklas sebagaimana kamu pernah menolong kakek dengan penuh keihklasan".
"Mudah-mudahan ini dapat membantu kebutuhan kamu saat ini, meskipun apa yang kakek berikan ini tidak setara dengan apa yang pernah kamu lakukan untuk kakek". Ucap si kakek sambil matanya menatap kearah wajahku.
Dengan sedikit keraguan aku memandang dan menerima kantung kresek hitam yang kakek sodorkan kepadaku.
"Apa sebenarnya yang kakek berikan ini kepadaku, kantung kresek hitam ini sungguh terasa berat sekali". Tanyaku dalam hati.
"Nak Rudi, kakek pamit dulu, semoga dirimu sehat selalu dan tercapai segala keinginan muliamu". Ucap si kakek.
Si kakek mungucapkan kata pamit yang kemudian aku lihat si kakek tersenyum dengan wajahnya sedikit bersinar dan tanpa beban.
Si kakek membalikan badan dan meninggalkanku. Jalannya tidak tergesa-gesa namun langkahnya begitu pasti dengan di topang patahan kayu batang pohon kecil sebagai tongkatnya.
Aku hanya terpaku memandangi si kakek berjalan yang semakin lama semakin menjauh dari hadapanku dan kemudian hilang begitu saja dari pandanganku.
Aku semakin penasaran dengan kantung kresek hitam yang kakek berikan kepadaku. Aku mencoba membuka ikatan kantung kresek tersebut. Dan sungguh aku terkejut melihat isi kantung kresek yang ternyata berisi kepingan-kepingan emas.
Aku langsung masuk kedalam rumahku dan sejenak aku duduk bersandar dibangku teras sambil menarik nafas lembut, dadaku mulai berdetak, kucoba kepalaku menengadah sedikit keatas dan mataku mamandang bagian atas pohon yang tumbuh dihalaman rumahku.
Pikiranku mulai diliputi dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentang siapa si kakek ini sebenarnya seraya mencoba mengingat-ingat kembali kejadian-kejadian yang telah berlalu.
Hari semakin terang, dan mulai terlihat orang-orang yang lalu lalang dijalan depan rumahku, baik yang berjalan kaki hingga pengendara motor dan mobil, namun aku masih belum juga menemukan jawaban dalam hatiku tentang siapa si kakek tersebut.
Singkat cerita, bahwa kepingan-kepingan emas yang aku terima dari si kakek jika aku konversikan dengan mata uang rupiah yang berlaku saat itu sungguh jumlahnya sangat fantastis.
*****