Inilah Hidup dan Takdirku

cerita nyata sedih inilah takdir dan hidupku
Estimated read time: 4 min

inisemuacerita.blogspot.com

Entah bagaimana aku harus mengatakan bahwa sesungguhnya hidupku bertahun-tahun sungguh tersiksa tiada berdaya. 

Ingin sekali aku bercerita betapa pedihnya hari-hariku menjalani kehidupanku, aku ingin berteriak sekuat tenagaku sambil berkata bahwa hidupku menderita secara lahir dan bathin, namun apalah daya, aku hanya mampu menangis sekencang-kencangnya tanpa suara namun tak mampu mengeluarkan sepatah katapun.

Tuhan,,, apakah ini takdirku yang harus kujalani sepanjang hidupku dengan penuh ketidak berdayaan?.

Tuhan... jika memang demikian aku berharap ini adalah bentuk kasih sayang-Mu terhadapku dengan kondisi seperti ini. Jadikanlah aku hamba-Mu yang senantiasa ihklas untuk menerima dan menjalani hari-hariku. Senantiasa Engkau memberikan kekuatan dan dan ketabahan terutama untuk bapak dan ibuku serta saudara-saudaraku. Senantiasa pula bapak dan ibuku serta saudara-saudaraku tetap mengasihiku dan menyayangiku dengan kondisi sepanjang hidupku.

*****

Wahai saudara-saudaraku... seperti yang kalian ketahui bahwa sepanjang hidupku aku ingin sekali kalian membantuku untuk menemukan jawaban-jawaban dari setiap pertanyaan-pertanyaan kecilku, namun apa yang aku dapat hanya jawaban yang jauh dari semua harapanku.

Dari setiap orang yang melihat kondisiku seraya berkata "sabarlah nak, kamu harus sabar bahwa ini adalah takdir hidupmu".

Dan orang-orangpun berkata seraya menatap muka kedua orang tuaku "yang sabar ya bu, urusi saja dengan ihklas". Hanya itulah jawaban-jawaban dari setiap keluhan hidupku dan juga orang tuaku.

Wahai saudara-saudaraku... seperti yang kalian ketahui bahwa aku seorang wanita yang terlahir memiliki mulut sebagaimana manusia-manusia yang lain, namun mulutku tak mampu bicara, tak mampu mengeluarkan isi hati kegelisahanku dalam bentuk kata-kata.

Ingin sesekali aku bercerita, mengadu, bernyanyi dan bersenandung seperti kakak-kakaku dan adik-adiku, namun apalah daya mulutku tak mampu berbicara dan mengeluarkan kata-kata sempurna.

Mulutku bisu sepanjang hidupku, mulutku hanya mampu mengeluarkan suara-suara dan arti yang tak bermakna. Yang tak dapat dimengerti oleh siapapun.

Hanya teriakan dan tangis yang bisa kulakukan dikala bagian tubuhku terasa sakit dan perutku terasa lapar.

Mulutku hanya mampu tersenyum dihiasi tawa dikala saudara-saudaraku dan orang-orang yang sudi menghiburku.

Sepanjang hidupku mulut ini tak mampu berbicara sebagaimana saudara-saudaraku dan orang-orang normal yang sehat secara jasmani, yang sehat dan berfungsi secara fisik.

Wahai saudara-saudaraku... seperti yang kalian ketahui bahwa aku seorang wanita yang terlahir memiliki kedua tangan sebagaimana manusia-manusia yang lain, namun tanganku tak mampu melakukan kegiatan-kegiatan sebagaimana saudara-saudara kandungku, sebagaimana orang-orang yang kulihat melintasiku silih berganti dalam keseharianku.

Tanganku tak berdaya sejak aku terlahir, tanganku tak mampu menyuapi mulutku sendiri dikala perutku lapar, tanganku tak mampu meraih dan memegang secangkir plastikpun dikala haus kurasakan.

Tanganku tak mampu membersihkan segala kotoran yang ada pada setiap jengkal tubuhku, sejengkalpun tanganku tak mampu menggaruk rasa gatal yang kurasakan.

Tanganku tak mampu bergerak, semua otot-ototku serasa terkunci meskipun setiap orang memaksaku untuk menggerakan satu jari yang kumiliki.

Sepanjang hidupku tangan ini tak mampu bergerak sebagaimana saudara-saudaraku yang mampu melakukan apa saja yang diinginkan.

Wahai saudara-saudaraku... seperti yang kalian ketahui bahwa aku seorang wanita yang terlahir memiliki kedua kaki sebagaimana manusia-manusia yang lainnya. Namun kedua kakiku berukuran yang tidak proporsional sebagaimana saudara-saudara kandungku dan orang-orang yang kerap kali melintas hilir mudik didepan rumah kontrakan yang aku tempati bersama keluargaku.

Kakiku tak mampu menopang tubuhku sendiri, kakiku tak mampu melangkahkan sejengkalpun, otot-otot kakiku serasa terkunci dan kaku seperti tangan yang kumiliki.

Aku seorang wanita yang terlahir tak mampu berdiri dan melangkah, bahkan untuk dudukpun aku tak berdaya.

Dalam keseharian sepanjang hidupku aku lebih banyak merebahkan tubuhku yang hanya beralaskan karpet.

Orang tuaku atau bahkan saudara kandungku terkadang menopang tubuhku dan mendudukannya ditempat khusus yang dibuat sederhana dari kayu, tempat dudukku jauh dari kesan mewah dan mahal. Tempat duduku bukanlan terbuat bahan dan merk mewah yang dijual di toko-toko ternama.

Wahai saudara-saudaraku... seperti yang kalian ketahui bahwa aku ingin sekali melangkah bahkan ingin sekali aku berlari, bermain bersama saudara-saudara kandungku, bersama teman-teman seusiaku namun aku tak berdaya, aku tak mampu, aku tidak bisa, aku hanya bisa mendengarkan cerita-ceritanya saja.

*****

Kawan-kawan pembaca yang budiman, mungkin keluh kesah diatas hanyalah sebagian kecil yang bisa saya pahami.

Di usianya yang tak lagi kanak-kanak, usianya menginjak dua puluhan, dia mulai terserang sakit, tubuhnya kian hari kian mengurus.

Batuknya kian sering menyiksa pada pagi hari, siang, dan malam.

Tulang-tulang tubuhnya semakin nampak tak berbalut daging, nafsu makannyapun kian berkurang, hari-harinya selalu terbaring yang hanya beralaskan karpet tipis berwarna merah polos tanpa motif apapun. Kepalanya tanpa pernah ingin beralaskan bantal atapun guling.

Matanya hanya menatap kosong kearah langit-langit rumah dengan penuh kepasrahan akan nasib dan suratan takdir dari Sang Maha Pencipta.

Bibirnyapun hanya diam tanpa mengeluarkan suara apapun dari apa yang ia rasakan betapa sakit dan beratnya beban hidup yang ia jalani. Betapa berat pula beban hidup yang ditanggung orangtuanya.

Ya Allah,,, aku kasihan sekali melihat keadaan kakak perempuanku. Aku tak tega dengan segala penderitaan hidup yang membebani sepanjang hidupnya.

Sejak ia terlahir hingga menginjak usianya yang kian dewasa dan hingga dipenghujung usianya namun tak mampu menikmati kehidupan dunia ini sebagaimana mestinya.

Ya Allah.... kini Engaku telah mengabilnya dari kehidupan keluarga kami.

Engkau telah mengakhiri penderitaan hidupnya. Engkau telah mengakhiri ketidak berdayaan hidupnya.

Kami hanya senantiasa berdo'a untuknya dan mengharap pada-Mu ya Allah. Muliakanlah ia, tempatkanlah ia disisi-Mu dengan sebaik-baiknya dengan penuh kasih sayang-Mu.

*****

Para pembaca yang budiman. Kutipan diatas mungkin adalah kalimat-kalimat yang ingin sekali diungkapkan dengan kata-kata yang terucap, dan mungkin kata-kata tersebut pula yang ingin ia keluhkan oleh saudara perempuanku, namun apalah daya hingga ajal menjemputnya, hingga di penghujung usianya ia tak mampu mengungkapkannya kepada siapapun dan tak seorangpun yang mendengarnya hingga akhir nafas terakhir.

Hanya Allah saja yang memahami dan mengetahui segala keinginan yang ingin disampaikannya kepada saudara-saudaranya.

Posting Komentar

Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.